Jumat, 07 Agustus 2009

Ayam baik yang menjadi ibu bagi anak-anak anjing

Ini ayam yang sungguh memiliki jiwa keibuan yang tinggi, bagaimana tidak, ayam di China ini menjadi pusat perhatian karena diketahui menempati kandang yang sama dengan anjing dan membantu anjing tersebut membesarkan 3 ekor anaknya yang baru lahir.

Sang pemilik bernama Yang, yang berdomisili di desa Anqian, Fuqing, mengatakan bahwa ayam itu pindah ke kandang anjing tersebut setelah "sahabatnya" melahirkan bulan lalu, demikian lansir Southeast Express. Sejak itu, ayam tersebut enggan meninggalkan kandang anjing, memilih untuk berada di dalam sepanjang hari dan hanya keluar bila anjing itu menyusui ketiga anaknya.

Yang mengatakan bahwa ayam itu sangat protektif terhadap ketiga anak anjing tersebut dan tak mengijinkan orang asing mendekati kandang. "Kemungkinan besar ayam tersebut iri dengan anjing kami karena ia tak memiliki anak sendiri, jadi ia berusaha untuk mengambil alih anak-anak yang dilahirkan oleh anjing kami," tutur Yang.

"Sementara anjing itu sendiri kelihatannya sudah membuang gagasan untuk mengusir sang penyusup yang keras kepala itu sehingga ia memutuskan untuk saling berbagi tempat dengan ayam betina yang kini membantunya menjaga bayi anjing."

Sumber: Astaga.com

Semoga cepat mendapat pasangan hidup dan dapat anak ya yam.. kok kok

Kebanyakan ngopi bisa jadi paranormal!

Bagi Pria dan wanita sehat yang meminum lebih dari 7 cangkir kopi instan perhari, memiliki 3 kali lebih resiko mendengar atau melihat hal-hal yang sebetulnya tak ada. Menurut penelitian terbaru, meminum kopi terlalu banyak dapat meningkatkan resiko halusinasi secara drastis.

Diperkirakan penyebabnya adalah karena kafein menaikkan kadar kortisol, yakni hormon yang mempengaruhi tingkat stress seseorang, demikian lansir Daily Mail. Peneliti dari Universitas Durham meminta sebanyak 219 mahasiswa untuk mendokumentasikan asupan kadar kafein mereka, dengan asumsi bahwa secangkir kopi instan mengandung 45mg kafein.

Kopi yang dibuat di rumah mengandung dua kali lipat lebih dari jumlah di atas, sementara kopi yang disajikan di kafe seperti Starbucks kandungannya lebih tinggi, kira-kira bisa mencapai 190mg.

Sukarelawan itupun kemudian ditanya seberapa sering mereka menderita halusinasi. Ternyata didapati, peminum kafein kadar tinggi 3 kali lebih mungkin mengalami problem seperti itu daripada mereka yang jarang-jarang minum kopi. Asupan kafein dalam jumlah besar juga membuat orang berpikir bahwa mereka dapat merasakan kehadiran makhluk halus, demikian lansir jurnal Pertentangan Personaliti dan Individual.

Sumber: Astaga.com.

Mungkin kebanyakan ngopi inilah yang menyebabkan seseorang menjadi mudah berkreasi karena ide-ide itu kadang muncul dari halusinasi dan imajinasi.

Kamis, 30 April 2009

Flu babi tak lebih dari flu biasa

Melihat perkembangan flu babi yang semakin mengkhawatirkan ini, saya lebih khawatir lagi pada dampak sosialnya jika kasus ini berkembang di Indonesia. Ini hubungannya dengan sesuatu yang ruwet. Mungkin kalo orang ’sekedar’ terkena flu burung saja ya tidak apa begitu menghebohkan masyarakat, tetapi kalo bercermin kepada kasus pengidap HIV/AIDS di Indonesia maka kemungkinan akan timbul gejolak yang luar biasa negatif di masyarakat pada pengidap flu babi (jika nantinya - mudah-mudahan tidak - ada orang Indonesia yang terkena flu ini). Jika pada pengidap HIV/AIDS, orang akan melihat pada prilaku yang menyebabkan seseorang terkena penyakit tersebut. Padahal tidak semua pengidap HIV/AIDS adalah pelacur, hidung belang, pengguna NAPZA, dan homoseksual. Banyak juga diantara pengidap HIV/AIDS yang terkait secara ‘paksa’ sehingga ditubuhnya terdapat HIV. Mungkin karena pasangan hidup resminya (suami atau istri) - nya pengidap HIV/AIDS sehingga menyebabkan dirinya tertular melalui jalur hubungan sexual. Padahal pasangannya belum tentu mengerti prilaku si pengidap HIV/AIDS di masa lalu atau mungkin secara sembunyi-sembunyi berhubungan seksual dengan orang lain selain kepada dirinya. Bisa juga anak-anaknya tertular padahal mereka masih kecil dan tidak bisa membedakan mana prilaku yang baik dan buruk. Ada juga yang tertular karena jarum tatto dan suntik yang tidak steril.

Dampak sosialnya cukup besar, masyarakat cenderung menjauhi pengidap penyakit ini hanya karena melihat prilaku ‘gak benar’ yang banyak menjadi penyebab seseorang terkena HIV/AIDS. Tetangga dan bahkan keluarga banyak yang menjauhi si pengidap penyakit ini. Pada banyak kasus, rumah sakit yang menolak pasien pengidap HIV/AIDS ini sangat lumrah dijumpai. Saya pernah melihat sendiri ada perawat di suatu rumah sakit yang tidak mau masuk ke ruangan tempat seorang pasien HIV/AIDS diopname, mungkin karena mereka takut tertular. Terpaksa keluarganya mengantarkan makanan tersebut kepada pasien tersebut. Padahal HIV/AIDS tidak bisa menular hanya sekedar bertukar udara dalam satu ruangan. Saya tidak tahu apakah si perawat mengerti atau tidak prosedur tetap menangani pasien HIV/AIDS.

Pada kasus flu babi, ada kemungkinan ini akan sama dengan kasus HIV/AIDS. Orang akan melihat pada babinya. Hewan yang diharamkan untuk memakannya. Semua bagian tubuhnya haram. Bagaimana dengan genetiknya? Saya belum mendengar fatwa MUI atau ulama manapun tentang kasus flu babi. Saya pikir mestinya MUI siap sedia sebelum flu ini ‘mampir’ ke Indonesia.

Mari kita lihat pada kasus AJinomoto tahun 2001 lalu, secara ilmiah monosodium glutamate (MSG) atau bumbu masak yang diproduksi PT Ajinomoto sama sekali tidak mengandung porcine atau unsur dari babi. Kajian BPPT, melalui Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi Dr Wahono, menyatakan, MSG dibuat melalui proses fermentasi molases oleh bakteri brevibacterium. Sebelum digunakan dalam fermentasi, bakteri disegarkan dan dibiakkan dalam media padat yang mengandung nutrisi, antara lain 0,5 persen bacto-soytone.

Bacto-soytone dibuat dengan cara hidrolisa enzimatis (pemecahan dengan enzim) menggunakan enzim porcine. Namun, kaidah ilmiah reaksi enzimatis maupun hasil pengujian POM menunjukkan, enzim porcine tidak masuk dalam struktur produk. “Secara ilmiah dipastikan, dalam bacto-soytone tidak terkandung residu enzim porcine sehingga disimpulkan, enzim porcine juga tidak terdapat dalam MSG,” tegas Wahono. Namun pada kenyataannya MUI tetap tidak mau menarik Fatwa yang terlanjur dikeluarkannya: Ajinomoto haram dikonsumsi bagi setiap Muslim karena mengandung sesuatu dari babi.

Nah, berdasarkan riset Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat, diduga kuat flu babi ini adalah gabungan antara flu unggas, flu babi, dan flu manusia. Virus kemungkinan berubah di tubuh babi. Ini kan jelas-jelas lebih haram ketimbang Ajinomoto karena virusnya telah bercampur dengan genetik babi dan diproduksi dalam tubuh babi. He he saya kok jadi seperti ahli fiqih, main vonis haram saja. Maksud saya, jika MUI tidak mengeluarkan Fatwa sejak dini maka masyarakat-lah yang akan membuat fatwa atau kesimpulan sendiri sesuai dengan persepsi masing-masing orang atau berdasarkan mazhab-mazhab yang banyak dianut oleh kaum Muslimin di Indonesia. Itu artinya, nantinya jika suatu saat ada beberapa orang Indonesia yang terkena flu babi maka akan memunculkan dampak yang sama, atau lebih parah ketimbang pada kasus HIV/AIDS.

Anda bisa membayangkan hal ini??